Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sabtu, 22 Maret 2008

Adakah yang ikhlas menikahi guru Honorer

Hei maneh teh ulah baong bising engke dinikahken jeng guru, ujar seorang guru . Ituah kata-kata yang masih terngiang di telinga saya ketika guru saya bercerita tentang kehidupan guru didesanya. Arti perkataan guru saya dalam bahasa indonesia ialah hai kamu jangan bandel nanti kamu dinikahkan sama guru.

Dulu, guruku melanjutkan cerita, saat saya masih kecil, saya mendengar ucapan itu dari seorang bapak yang marah kepada anaknya karena anak itu susah diatur dan terlampau bandel. Hal itu dilakukan agar anak itu takut dan tidak mau melakukan kesalahan lagi karena seorang guru dianggap hina. Paradigma itu muncul dikarenakan gaji guru yang pas-pasan, tidak cukup untuk menafkahi keluarga bahkan dirinya sendiri.

Ironis, memang itulah kenyataanya yang terjadi di daerah guruku. Hampir tidak ada orang yang ikhlas menikahi seorang guru, kebanyakan dari mereka lebih memilih seorang pengusaha walaupun mereka hanya lulusan SD karena merasa pengusaha bisa lebih memberikan nafkah daripada seorang guru.

Memang lain dulu lain sekarang, cerita yang diceritakan oleh guru saya terjadi di masa lalu, sekarang semua orang orang berebut menjadi guru PNS, jalan apapun akan dilakukan untuk menjadi seorang guru PNS karena gajih guru PNS sangat besar. Mereka rela memberikan uang puluhan juta asalkan diterima menjadi guru PNS.

Tapi bagaimana nasib guru-guru honorer , guru yang mendapatkan gajih pas-pasan seperti cerita guru saya diatas. Mereka tidak bisa konsentasi 100% dalam mengajar karena harus memikirkan kehidupan dirinya. Mereka biasanya melakukan pekerjaan lain seusai mengajar demi mendapatkan penghasilan yang besar agar dapat ikhlas dinikahi walaupun susah didapat.

Apa yang terjadi dengan bangsa ini? Bagaimanakah nasib seorang guru yang telah membangun bangsa ini dengan mencerdaskan setiap anak didiknya? Dimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah ini?

Pemerintah seharusnya memikirkan hal ini lebih mendalam tentang kesejahteraan guru sehingga guru bisa dengan mudah mendapatkan keluarga yang ia idamkan. Pemerintah harus berkaca terhadap kesejahteraan guru di Jepang. Di Negara sakura itu, guru dianggap memiliki derajat yang sangat tinggi, kita wajib menghormati guru dimanapun ia berada, tidak hanya di dalam kelas, sehingga tidak heran jikalau jepang sangat maju dibandingkan Negara-negara lain. Jepang sangat faham mengenai peranan penting seorang guru.

Ketika Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakan, banyak sekali penduduk jepang yang meninggal dunia dan sistem pemerintahan jepang kacau balau. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah jepang tidak memanggil tentara yang masih hidup untuk balas dendam atau memikirkan asset Negara yang masih ada, tetapi mereka lebih memikirkan berapa banyak guru yang masih hidup di jepang untuk bisa membangun kembali jepang.

Hikamah yang didapat dari kisah tentang jepang ini ialah kita harus menghargai guru karena guru ialah orang yang bisa memajukan bangsa dari keterpurukan. Salah satu caranya ialah Pemerintah harus menaikan derajat guru di mata masyarakat sehingga banyak orang ingin menikahi guru honorer dengan ikhlas daripada seorang pengusaha bahkan seorang mentri sekalipun walaupun gajih guru jauh dibawahnya.

Hidup guru honorer

Oleh: Oki arimaulidani

Etoser bandung

Fttm 2007

Minggu, 06 Januari 2008

Ayat Cinta dalam Surah Yusuf

Surah Yusuf menjadi terkenal disebabkan di dalamnya diceritakan sebuah kisah cinta paling indah, iaitu cinta Zulaikha terhadap Nabi Yusuf. Ini bermakna sastera Islami menerima kisah cinta.

Sejauh manakah sastera Islami membenarkan ayat-ayat romantis dituliskan dalam karya? Adakah novel cinta Islami menerima ayat-ayat yang berbunyi seperti:

a. “Kedua kekasih itu berpegangan tangan....”

b. “Mereka duduk berdua di tepi pantai....”

c. “Rahimi merenung wajah Jamilah yang cantik....”

d. “Faridah masih teringat dakapan mesra Azlan....”

Dalam surah Yusuf, terdapat 5 ayat yang menceritakan babak intim antara Yusuf dan Zulaikha.

1. Kemudian yang empunya rumah di mana dia tinggal (Zulaikha), mengajaknya berbuat serong. Lalu ditutupnya semua pintu, serta katanya, “Mari ke mari!” Jawab Yusuf, “Berlindung aku kepada Allah, sesungguhnya suamimu adalah tuan daku, dia telah memuliakan kedudukanku. Sesungguhnya tidak akan berjaya orang-orang yang aniaya.” (Yusuf, ayat 23)

2. Sesungguhnya perempuan itu suka kepada Yusuf, dan Yusuf suka pula kepadanya, seandainya Yusuf tidak ingat kepada Tuhannya.” (Yusuf, 24)

3. Kedua-duanya berlari ke pintu, lalu perempuan itu menarik baju Yusuf dari belakang sehingga terkoyak. Setibanya di pintu, kedua-duanya terserempak dengan suaminya, lalu perempuan itu berkata, “Apakah balasan bagi orang yang hendak berbuat serong dengan isterimu, melainkan dipenjarakan ataupun disiksa dengan siksaan yang pedih!” (Yusuf, ayat 25)

4. Berkata Yusuf, “Dialah yang mengajak saya.” (Yusuf, ayat 26)

5. Kata seorang saksi antara ahli keluarga perempuan itu, “Jikalau baju Yusuf koyak di depan, maka perempuan itu benar, dan Yusuf berdusta. Jika bajunya koyak di belakang, maka perempuan itu yang berdusta dan Yusuflah yang benar.” (Yusuf, ayat 27)

Dalam kelima-lima ayat surah Yusuf di atas tidak ada episod Nabi Yusuf dan Zulaikha, sebagai lelaki dan perempuan yang dalam alam percintaan, digambarkan duduk-duduk berdua memadu asmara ataupun menyentuh kulit.

Kelima-lima ayat (23, 24, 25, 26 dan 27) itu adalah ayat-ayat yang menerangkan tingkah laku yang didorong oleh emosi cinta antara Nabi Yusuf dan Zulaikha. Ayat-ayat itu adalah ayat-ayat cinta.

Berbeza daripada ayat-ayat cinta dalam surah Yusuf, ayat-ayat seperti ayat (a), (b), (c) dan (d) adalah ayat-ayat asmara. Ketiadaan ayat-ayat asmara dalam surah Yusuf bermakna teori novel cinta Islami menolak ayat-ayat jenis itu. Justeru novel cinta Islami menolak ayat-ayat yang mengandungi unsur romance.

Implikasi penolakan ayat-ayat (a), (b), (c) dan (d) itu bererti teori novel Islami mazhab surah Yusuf membezakan antara novel cinta daripada novel romantic.Sudut pandang teori novel cinta Islami tidak menganggap bahawa cinta itu sinonim dengan romance.

Perbezaan cinta dan romance itu dapat diterangkan begini: Manusia dapat bercinta tanpa ber-romance, dan sebaliknya, yakni manusia dapat ber-romance tanpa cinta.

Justeru teori novel Islami aliran surah Yusuf menerima ayat-ayat cinta, tetapi menolak ayat-ayat asmara. Tuhan lebih mengetahui mengapa.
 


ANDA ADALAH PENGINJUNG KE :

Free Blog Counter